Minggu, 07 Agustus 2011

August 07

Sebenarnya tidak ada hubungan khusus, namun pada hari ini, August 07 322BC kebetulan adalah hari dimulainya The Battle of Crannon antara pasukan Athena yang membelot, melawan pasukan yang tersisa dari Alexander the Great yang tewas sebulan sebelumnya. Dan ini sama sekali tidak ada hubungan dengan cerita yang dikisahkan dibawah ini (I just happened to googled the day and that was on top)

Hey, Alex, I need you to do something” Sebuah suara muncul dibelakangku, aku melihat kearah suara itu dan melihat seseorang yang sepertinya pernah aku lihat sebelumnya. ‘Oh, it’s that guy from the group’ dan aku bertanya kepadanya “apa yang kamu inginkan?”

Aku ingin melihat ayahku sekali lagi
“Lalu, apa urusannya denganku? Bukankah kamu sudah bisa masuk realm ini, you could go anywhere now.”
That’s not it, ayahku sudah meninggal…
”Maksudmu, kamu sekarang masih hidup?” Sepertinya aku tahu arah pembicaraan ini, dan sejujurnya aku sama sekali tidak tertarik.
Iya, pastinya dong!” Dia mulai terganggu dengan reaksiku yang kurang antusias.
You got to help me see him.” Dengan muka tegas dia mengatakannya, dan aku hanya diam. Dia melayang mondar – mandir untuk beberapa saat.
Aku hanya ingin melihatnya sekali lagi…” Katanya dari jauh diatas kepalaku

Here’s the deal” aku berkata kepadanya, dan dia mendarat kembali kearahku.
”Yang aku lihat, belum tentu sama dengan apa yang kamu lihat. Dan yang nantinya akan kamu temui, belum tentu sama seperti yang terlihat, Got that?” Mukanya saat itu seperti muka antusiasme seekor anak kucing yang disodori biskuit.

“And to make matters worst, kamu mungkin tidak akan menyukai apa yang nanti akan kamu lihat.”
”Dan yang lebih parah lagi, nanti begitu kamu terbangun, kamu mungkin hanya akan mengingat sedikit dari semua itu. Atau lebih parahnya, kamu tidak akan mengingat hal ini sama sekali.”

That’s fine by me.
I really need to see him…
Okay, lead the way.” Kataku sembari melayang naik.
You gotta be kidding me… Kalau memang aku tahu jalannya aku tentu tidak akan bertanya kepadamu
”Kamu kan yang ingin bertemu?”
”Kamu tentunya tahu seperti apa rupa ayahmu dulu?”
…Iya sih, tapi…
Then go, I’ll be right behind you.

Dan akhirnya dia bergerak. Untuk beberapa saat kami terbang tanpa mengucapkan apa – apa. Mungkin dia tidak nyaman seperti ini, dan melayang kesampingku.
You know, aku sepertinya sudah lama tidak melihat posting – posting-mu di group serta dikaskus.
Yeah, I know…
What happened?
Nothing…
Really? Nothing at all?
Yup, exactly nothing, that’s why I left.
Oh, by the way, we’re here.

Sepertinya dia belum menyadari, bahwa langit semakin menghitam. Kami mendekati sebuah kota. Bangunan – bangunannya seperti terbuat dari batu granit gelap. Menjulang tinggi seperti pencakar langit, maksudku seperti pencakar langit dalam artian sebenarnya. Karena di puncak dari bangunan – bangunan tersebut terdapat pahatan besar yang menyerupai telapak tangan yang membuka kearah atas, seperti ingin menggapai langit.

Dimana kita?
This is, where you wanted to be
Lalu, dimana ayahku?
”Entahlah… Let’s look around.

Selama beberapa saat kami melayang dari satu gedung ke gedung lain. Gedung – gedung tersebut memiliki banyak jendela – jendela kecil, jadi kami harus melihat satu persatu dari jendela tersebut.

Setelah beberapa gedung kami periksa, dia bertanya kepadaku.
Kenapa semuanya kosong?
You only see what you want.” Kataku kepadanya. Sepertinya dia tidak bisa, atau tidak mau, melihat mahluk – mahluk lain yang sedari tadi berkeliaran didekatnya. Dan aku sama sekali tidak berminat untuk menceritakannya. Dan dia sepertinya sempat melihat kearah bawah.
Hey, itu seperti lautan api didasar sana, apakah ini neraka? Apakah surga diatas sana?
Don’t know, don’t care. Kita disini bukan untuk itu kan?”

Dan kamipun terbang kebangunan berikutnya. Dia kembali melihat jendela – jendela yang ada dibangunan itu. Aku melihat sekeliling. Gedung ini adalah gedung yang berada ditepi kota. Disebelah kiriku terlihat sebuah pegunungan besar berwarna hitam yang menutupi horison. ‘Sepertinya ini yang menyebabkan kegelapan…’ Dan tak lama kemudian aku mendengar sebuah sahutan dibawah.
Hey I found him!

Dan aku melayang turun kearahnya. Dia mendekati sebuah jendela, aku melihat kearah dalam. Seorang laki – laki yang mukanya terlihat sangat letih, matanya menatap kosong.
Kenapa muka-nya terlihat seperti itu? Bukankah kalau kita mati nanti kita kembali terlihat seperti muda?” Aku hanya terdiam. Akupun tidak tahu jawaban dari pertanyaannya.

Hey, bisakah aku berbicara kepadanya?
I don’t think it wise to do that…
Kenapa?
”Sepertinya dia tidak akan mendengarmu. Lagipula, kalaupun kamu bisa bertanya kepadanya, mungkin jawabannya akan terdengar sangat ‘disturbing’. Jadi stick to the plan, toh dari awal kamu berkata hanya ingin melihatnya? Take your time, aku melihat – lihat kota ini dulu sebentar.”

Cukup lama aku berputar – putar mengelilingi kota gelap ini. Tidak banyak yang bisa dilihat. Tidak ada yang terlihat ‘baik’ untuk diajak berbicara, sepertinya semua orang sibuk dengan aktifitasnya masing – masing, keberadaanku disini sebagai ‘outsider’ tampaknya tidak menarik minat mereka. This is a very gloomy town =_=’

Hey!” dia berteriak ke arahku.
Bagaimana caraku untuk kembali?
”Kembali? Kembali kemana? Tempat sebelumnya?”
Bukan, kembali ke fisik.
”Kamu ingin kembali sekarang?”
Nanti, I think I’ll stay here for a while.
”Tidak usah dipikirkan, kalau kamu harus terbangun, nanti juga terbangun dengan sendirinya.”
Okay, thanks for your company, I guess you can go now.” Dia sudah menemukan kedamaiannya. Keberadaanku disini sudah tidak diperlukan lagi. Furthermore, aku tiba – tiba merasakan keinginan untuk pulang. Muka temanku yang terlihat sangat tenang itu membuatku ingin mencari ketenanganku sendiri.

Dan aku pun memejamkan mataku, membayangkan the comfort of home. Dan ketika aku membuka mataku, aku berada didepan rumahku. Tepat didepan pintu pagar. Aku membuka pintu, masuk kedalam. Namun didalam garasi rupanya telah menunggu beberapa orang berperawakan sangat besar, muka mereka menyeramkan.

Salah seorang dari mereka, yang sepertinya pemimpinnya, berkata kepadaku.
”Aku datang kemari menagih janjimu.”
”Janji apa?”
”Dulu, kamu berjanji, setelah kamu menang melawan bangsa kami, bahwa kamu akan memberikan kesempatan kedua untuk bertarung, one on one. Dan kami menagih janji tersebut”
Nope.” Dan akupun masuk kedalam dapur rumahku melewati mereka dan duduk dikursi ruang makan.
Mereka mengikutiku, si pemimpin tersebut berdiri disampingku, yang lain duduk dikursi – kursi lain.
”Hey, apakah seperti ini seorang laki – laki? You know a man without his word is not a man?” Kembali si pemimpin berkata. Aku hanya diam duduk disitu. Aku pandangi mereka satu persatu, sembari si pemimpin mengejek – ejekku. Aku sebenarnya tahu apa yang terjadi. Dan mereka sepertinya tidak menyadari ini, yang membuatku berpikir, mengapa mereka repot – repot datang kesini mengandalkan trik anak kecil ini. They’re up to something

Entah berapa lama aku duduk disitu, mengacuhkan setiap ejekan – ejekan mereka. Dan ketika aku sudah mulai bosan dan memutuskan untuk mengusir mereka. Si pemimpin bertanya kepadaku.
”Jadi kamu tidak mau melawanku?”
”Nope."
”Apakah karena kamu takut?”
”Nope.”
”Lalu kenapa?”
I just don’t feel like it… I know your scheme, dari awal kamu telah menjebakku mengatakan bahwa aku telah melawan kalian. Kalau misal aku bertarung melawanmu pasti aku akan masuk lebih kedalam jebakan kalian.”

Si pemimpin, yang menyadari bahwa rencananya telah terbongkar, tersenyum dan meminta maaf kepadaku. Dan akhirnya dia mengatakan bahwa dia ingin meminta bantuanku…

Sepertinya sudah cukup petualanganku dalam satu malam, I decided that it’s time for me to wake up. Sebelum si pemimpin sempat mengatakan permintaannya lebih lanjut. I woke up Smile

 

Reality is a fixed imagination – elasrofxela, august 07, 2011

1 komentar: