Kamis, 07 Oktober 2010

Hey Alex! How Comes The Word “GOD” Doesn’t Exist On Your Posts?

Ummmm, well… Ada banyak penyebab mengapa  hal tersebut jarang ku ungkapkan dalam blog ini, atau bahkah, dalam kehidupan nyataku. Dan untuk topik astral projection ini, ada beberapa faktor penyebabnya:

  • Pertama: belief system ataupun agama tidak mempengaruhi LATIHAN ANDA AGAR BISA MELAKUKAN PROJECTION. Aku pernah mencoba metode latihan yang menggunakan pendekatan teosopik dan pernah juga melakukan latihan yang menggunakan metode pure scientific,keduanya pernah mengantarku sampai tahap exit, dan keduanyapun pernah membawaku tertidur pulas.
    Seperti yang pernah aku bahas pada post² sebelum ini, untuk pemula, AP itu hanya butuh tidur, dan keinginan yang kuat untuk melakukan projection. Dan tidak lupa tentunya, banyak² membaca resource tentang pengalaman² awal AP dari orang lain, untuk mengetahui apa saja yang perlu diharapkan pada exit yang pertama. Jadi sesuai dengan motivasi awalku membuat blog ini, blog ini tidak dibuat untuk mengajarkan satu tehnik tertentu saja untuk AP.
  • Yang kedua, akan sangat terbaca sangat kontradiktif dengan poin pertama: belief system ataupun agama SANGATLAH MEMPENGARUHI ALAM ASTRAL ANDA. Mengapa demikian? Karena alam astral anda dipengaruhi sepenuhnya oleh pikiran² bawah sadar anda, dan, disadari atau tidak, belief system seseorang itu (bila dijalani dengan sungguh²) akan berada di alam bawah sadar anda. Dan karena sudah menjadi kebijakanku untuk tidak mengutak – utik belief system seseorang, blog ini tidak akan berkomentar lebih lanjut mengenai hal ini.
Jadi, bila anda seorang atheist, agnostik, ataupun pemeluk suatu kepercayaan, AP tetap bisa dilakukan. Belief system itu hanya akan mempengaruhi alam astral anda, sejauh yang anda ijinkan. Aku pernah mengenal seorang atheist yang dulu pernah rutin menceritakan perjalanan astralnya di Facebook. Mengenai agnotisme, menurutku seorang atheist pada taraf tertentu pastinya pernah mengalami kondisi ini, ketika dia mulai mempertanyakan eksistensi dirinya didunia.
Dan mengenai belief system - ku sendiri, aku sangat mempercayai keberadaan SANG PENCIPTA. Semua hal yang telah kucapai, semua nafas yang telah kuhembuskan, semua hal yang telah kulakukan, semua hal yang akan kulakukan, itu semua telah direncanakan olehnya. Hanya saja, menurutku, proses pengenalan seorang manusia akan TUHANnya itu adalah sesuatu yang sangat personal. Aku sama sekali tidak menginginkan campur tangan orang lain dalam perjalananku dalam mengenaliNYA, dan tentunya, aku sama sekali tidak berminat untuk mencampuri perjalanan orang lain dalam mengenaliNYA pula.
Jadi pedomanku dalam berinteraksi dengan mahluk lain dalam konteks agama seperti ini:
Aku sangat menghargai konsep² anda mengenai SANG MAHA KUASA, but I don’t give a sh*t about what you think of mine.
Selama aku tetap memegang konsep tersebut, aku berani jamin kita tidak akan menemui a conflict of belief, bahkan mungkin we’ll get along just fine, siapa tahu mungkin suatu saat aku bisa meminjam uang darimu, begitupun sebaliknya Smile .

Tidak ada komentar:

Posting Komentar